Sabtu, 19 Desember 2009

Ajari Aku Sindu

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, “Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan.”

Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu, tampak ketakutan air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India = curd rice). Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.

Aku mengambil mangkok dan berkata:
“Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.”

Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata:
“Boleh ayah akan aku makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok, tapi semuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta…” agak ragu2 sejenak… “….akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaanku? ”

Aku menjawab: “Oh, pasti sayang”.

Sindu: “Betul ayah?”

“Yah pasti..” sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan.
Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, “janji” kata istriku.

Aku sedikit khawatir dan berkata:
“Sindu, jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang.”

Sindu: “Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok.”

Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya..

Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin pada hari Minggu!

Istriku spontan berkata: “Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin!”

Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.

Aku coba membujuk: “Sindu, kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak.”

Tapi Sindu tetap dengan pilihannya: - “Tidak ada ‘yah, tak ada keinginan lain.”

Aku coba memohon kepada Sindu:
- “Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami!”

Sindu, dengan menangis, berkata:
- “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan aku. Kenapa ayah sekarang mau menarik perkataan Ayah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral,
bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya raja real memberikan tahta, kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.”

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku: - “Janji kita harus ditepati..”

Secara serentak istri dan ibuku berkata: - “Apakah aku sudah gila?”

Aku: “Tidak, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu permintaanmu akan kami penuhi.”

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.

Hari Senin aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.

Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak: “Sindu, tolong tunggu saya.”

Yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak, aku berpikir mungkin “botak” model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya, seorang wanita keluar dari mobil dan berkata:
“Anak anda, Sindu, benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish, adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia.”

Wanita itu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya mulai meleleh dipipinya:
“Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena chemotherapy kepalanya menjadi botak, jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman2 sekelasnya. Nah, minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya, saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan, mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”

Aku berdiri terpaku dan tidak terasa air mataku meleleh. Malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih!

Benih

Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu. Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang. "Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?" "Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini." Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah? Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara. "Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil.
Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini.
Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama. Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar." "Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran." Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.

Kamis, 03 September 2009

Enam Perusak Ukhuwah


Mengingat kedudukan ukhuwah islamiyah yang sedemikian penting, maka memeliharanya menjadi sesuatu yang amat ditekankan. Disamping harus mengecek kebenaran suatu berita buruk yang menyangkut saudara kita yang muslim, ada beberapa hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah bisa tetap terpelihara. Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokan wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [QS Al-Hujurat (49): 11-12]


Dari ayat di atas, ada enam hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah tetap terpelihara:

Pertama, memperolok-olokan, baik antar individu maupun antar kelompok, baik dengan kata-kata maupun dengan bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan permusuhan. Manakala kita tidak suka diolok-olok, maka janganlah kita memperolok-olok, apalagi belum tentu orang yang kita olok-olok itu lebih buruk dari diri kita.


Kedua, mencaci atau menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, apalagi bila kalimat penghinaan itu bukan sesuatu yang benar. Manusia yang suka menghina berarti merendahkan orang lain, dan iapun akan jatuh martabatnya.


Ketiga, memanggil orang lain dengan panggilan gelar-gelar yang tidak disukai. Kekurangan secara fisik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk memanggil orang lain dengan keadaan fisiknya itu. Orang yang pendek tidak mesti kita panggil si pendek, orang yang badannya gemuk tidak harus kita panggil dengan si gembrot, begitulah seterusnya karena panggilan-panggilan seperti itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Memanggil orang dengan gelar sifat yang buruk juga tidak dibolehkan meskipun sifat itu memang dimilikinya, misalnya karena si A sering berbohong, maka dipanggillah ia dengan si pembohong, padahal sekarang sifatnya justru sudah jujur tapi gelar si pembohong tetap melekat pada dirinya. Karenanya jangan dipanggil seseorang dengan gelar-gelar yang buruk.


Keempat, berburuk sangka, ini merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad). Akibatnya ia berburuk sangka bila seseorang mendapatkan kenimatan atau keberhasilan. Sikap seperti harus dicegah karena akan menimbulkan sikap-sikap buruk lainnya yang bisa merusak ukhuwah islamiyah.


Kelima, mencari-cari kesalahan orang lain, hal ini karena memang tidak ada perlunya bagi kita, mencari kesalahan diri sendiri lebih baik untuk kita lakukan agar kita bisa memperbaiki diri sendiri.


Keenam, bergunjing dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu tidak menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia pribadi seseorang. Manakala kita mengetahui rahasia orang lain yang ia tidak suka bila hal itu diketahui orang lain, maka menjadi amanah bagi kita untuk tidak membicarakannya.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ketika ukhuwah islamiyah kita dambakan perwujudannya, maka segala yang bisa merusaknya harus kita hindari. Bila ukhuwah sudah terwujud, yang bisa merasakan manfaatnya bukan hanya sesama kaum muslimin, tapi juga umat manusia dan alam semesta, karena Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Karenanya mewujudkan ukhuwah Islamiyah merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan ini.

Rabu, 20 Mei 2009

Hukumnya Mengambil Sisa Surplus Anggaran Acara



Assalamu'alaikum wr wb:"Temen-temen FOSMEK'06 semua... perna nyadar gak sih klo kita ngadain acara baik itu di Kampus atau pelbagai event lainya yang kita bikin sometimes di akhir evaluasi nasih ada surplus dari anggaran biaya yang direncanakan. Nah, terus gimana sih hukumnya klo kita ikutan ngeraup tu sisa anggaran buat kita selaku panitianya yang udah "berdarah darah". Kadang kita gak nyadar juga malah masuk ke kantong kita klo kita misalnya di kasih anggaran buat masukin proposal ke sebuah perusahaan sebagai ongkos jalannya end ternyata masih nyisa tuh ada yang tau gak gimana hukumnya???.

Nah aa, teteh semua na disini ngges dibedah kumaha teh hukumna mendet uang sisa surplus anggaran tu
sok atuh ditongkrongin weh pembahasan na..

Deskripsi Masalah:
Ketika dalam suatu kepanitiaan membentuk anggaran untuk operasional acara, maka dana yang dianggarkan haruslah sesuai dengan pengeluaran yang dibutuhkan. Dalam istilah sederhana, tidak ada surplus maupn defisit. Namun seringkali dalam pelaksanaannya ketika menganggarkan dana, jumlah yang dicantumkan di-mark up untuk menghindari penyusutan. Akibatnya, di akhir masa kepanitiaan tersebut masih ada surplus dana anggaran. Maka selanjutnya timbul pertanyaan:

1. Bagaimana status kepemilkan atas dana surplus tersebut?

2. Bolehkah menggunakan dana tersebut untuk kepentingan panitia, diluar kegiatan yang dianggarkan?



Pembahasan:


1. Status surplus anggaran tersebut adalah milik organisasi. Karena panitia atau pengurus hanya berlaku sebagai wali yang bertindak atas nama organisasi tersebut.. Namun jika dalam proposal tersebut dijelaskan bahwa surplus anggaran akan digunakan untuk kepentingan panitia, maka surplus anggaran menjadi milik panitia, sehingga dia dapat menggunakannya untuk kepentingan panitia dengan bebas. Hal ini dikarenakan status sebuah dana yang dikumpulkan tergantung pada akad yang ada di dalam proposal yang diajukan.


2. Dalam masalah surplus anggaran yang merupakan milik organisasi, pengguanaan anggaran atau surplus anggaran oleh panitia atau pengurus harus berlandaskan kepada adanya sebuah kemaslahatan yang kembali kepada organisasi. Dengan demikian. penggunaan surplus anggaran untuk biaya makan bersama panitia misalnya diperbolehkan karana memiliki kemaslahatan bagi organisasi tersebut. Kemaslahatan tersebut adalah menumbuhkan loyalitas dan semangat baru panitia atau pengurus untuk bisa lebih memajukan organisasi yang dipegangnya. Namun, hal ini bukan berarti panitaia boleh menggunakan seluruh surplus anggaran untuk kepentingan mereka. Akan tetapi pengunaan yang diperbolehkan adalah sebatas kemaslahatan yang dapat dicapai. Selain itu, panitia yang disibukkan oleh kegiatan organisasi tersebut dapat meminta upah yang sewajarnya atas kinerjanya mengelola organisasi tersebut.

Referensi:

تصرف الولي فى مال القاصر مقيد بالمصلحة للمولى عليه. فلا يجوز مباشرة التصرفات الضارة ضررا محضا كهبة شيء من مال المولى عليه –الى ان قال- وله مباشرة التصرفات النافعة نفعا محضا كقبول الهبة والصدقة والوصية وكذا التصرفات المترددة بين الضرر والنفع كالبيع. ودليل هذا المبدأ قوله تعالى "ولا تقربوا مال اليتيم الا بالتي هي احسن" (الفقه الاسلامي وأدلته, ج., 7 ص. 705)

ليس لولس اخذ شيء من مال موليه ان كان غنيا مطلقا فان كان فقيرا او انقطع بسببه عن كسبه اخذ قدر نفقته-الى ان قال-وقيس بولي اليتيم فيما ذكر من جمع مالا لفك اسير اي مثلا فله ان كان فقيرا الاكل منه (فتح المعين: 75)

Selasa, 05 Mei 2009

SEMANGAT DONG!!!!

Assalamu'alaikum wr.wb :

"Shahabatku yang baik...

Semoga dihari yang indah ini, Allah swt memebrikan engkau sahahat, karunia berupa kesehatan dan kebahagian. Mudah-mudahan keinginan untuk bangkit, meraih cita-cita besar yang pernah engkau inginkan...segera engkau dekatkan diri kepada nya. Dengan bantuan Allah tentunya, ia menjadi mudah....jika pun ada kerikil dalam perjalanan mu. itu hanyalah Vitamin pembangkit semangat, untuk lebih berhasil...


Kekeliruan terbesar bagi orang-orang bermimpi disebabkan melemahkan hasrat untuk menyatu dengan mimpinya. Bisa jadi terlena dengan kemanisan dan keindahan kehidupan mimpi orang lain. Atau mulai hilang keyakinan akan pencapaian. Perlu kita sadari, tiada yang mustahil dikehidupan ini. Karena bagi Allah sang Penjadi...amatlah Mudah bagi Nya menjadi kan orang mati untuk hidup kembali...


Masa-masa hilang semangat seperti engkau rasakan sekarang, pernah juga aku Alami. Rasanya tubuh ini tidak ada gairah untuk bekerja. Tangan ini mungkin menbuka inbox, phonebook (nomor) di HP yang bisa dipantau dari jauh, usaha yang kau kerjakan. Tapi entah kenapa, jangankan untuk sms butuh tarian jari yang lama. Untuk menekan tombol cepat kenomor yang ditujupun, berat rasanya.

Saat itu..duduk diam adalah kenikmatannya. Lemas barangkali shahabat terdekat, yang terus menyatu. Tapi sungguh sebenarnya. didalam dada terus bergejolak. Seakan ia ingin keluar dan lepas. ia mau sekali mendapatkan hasratnya. Namun apa daya. Tubuh ini hanya bisa diam, duduk mendalam sofa empuk itu...


Shahabatku yang baik...

Cobalah engkau buka kembali tulisan dan goresan imipianmu yang penuh emosi itu. Dimana engkau ukir disana dengan cinta amat dalam. Bukankah engkau telah berjanji untuk meraihnya ? Mimpi yang sangat besar, didalamnya engkau titipkan kebahagian hidup mu. Baca kembali perlahan-lahan, sehingga engkau merasakan sama persis gejolak emosi yang membara. Sehingga membakar tubuhmu untuk bangkit dan berkata... "Aku tidak boleh diam..Aku harus bangkit...Aku harus bergerak...Aku tidak rela mimpiku ditinggalkan oleh sang waktu..."


Aku sangat yakin teman. Didalam mimpimu terdapat butiran-butiran mimpi orang yang kau kasihi. Sehingga, Lemahnya dirimu sama maknanya melelapkan harapan mereka. Ingatlah kembali orang-orang yang kau bawa dalam Keinginanmu.


Disaat engkau duduk, kakimu tak berdaya menjejakkan sejarah di jagat raya. Kenanglah kembali, tatap wajah mereka dengan sangat jelas. Perhatikan rupanya yang cantik, anggun dan penuh wibawa. Kini mulai meredup. Bahkan mungkin diwajahnya dihampiri oleh beningan air mata. Samkin lama engkau terduduk diam... semakin deras arus nya.


Bangkitlah shahabat. Bendungi arus air matanya. Gapailah cita-citamu, Penuhilah suara didalam dirimu. Sehingga ia mengaliri semangat membara dan menggetarkan jasadmu. Sebagai pengakhir silaturahim ini. biarkan aku mengutip, petuah bijak Bapak Mario Teguh...


Kita menjadi apa yang kita lakukan. Maka lakukanlah yang penting. Seorang yang menjual, menjadi penjual. Seorang yang melukis, menjadi pelukis. Dan, seorang yang mengupayakan agar orang lain mencapai kualitas hidup yang lebih baik, akan menjadi pemimpin. Pilihlah dengan cermat apa yang Anda lakukan, karena itulah jadinya Anda nanti. Lakukanlah sesuatu yang bernilai, hanya karena itulah Anda akan menjadi seorang yang bernilai.


Jangan menunda. Segeralah sambut kesempatan baik pertama yang datang hari ini. Lebih baik gagal mengupayakan sesuatu yang baik, dari pada berhasil tidak melakukan apa pun. Mohon diingat bahwa Anda hanya sebaik yang Anda lakukan. Jangan batasi kebaikan yang bisa Anda lakukan, karena itu akan membatasi kebesaran yang bisa Anda capai. Janganlah berkecil hati karena kurangnya kapasitas Anda untuk mencapai kemungkinan- kemungkinan Anda.


Dan Izinkan aku tutup dengan doa untuk mu. Semoga hari ini menjadi lebih baik dari kemarin. Penantian dan kesabaran menunggu terwujudnya mimpipmu, dibuahkan dengan keindahan dan kebahagian menjalani proses...

KUNJUNGI : yosimitsu.blogspot.com & lpiifeunri.socialgo.com

Kamis, 23 April 2009

ORCHESTRA SEMAPUT

OLEH : Yosi Kurnia. M




Awal Ramadhan..

Sahur.., sahur..!. Sahur.., sahur..!.
Ibu bangun ayo bangun, cepat masak untuk sahur..
Bapak bangun ayo bangun, Bantu ibu masak sahur..
Sayur asem, goreng tempe, pake bacem juga oke..

Kelotek tung teng.., kelotek tung teng
Kelotek tung teng.., kelotek tung teng

Terdengar nyanyian pengganggu tidur dari remaja mushola Al – falah di iringi bunyi alat musik semerawut yang sengaja di bikin ribut biar penduduk desa pada semaput alias bangun bin melek!.
Di setiap bulan Ramadahan, membangunkan orang sahur memang sudah jadi langganan ongge dan kawan – kawan. Tanpa mereka, bisa – bisa penduduk desa Rimbut bisa pada kesiangan alias gak sempet sahur!. Dengan modal ciut, nyanyian ribut dan alat musik yang semerawut pendududuk desa Rimbut memberi julukan "Orchestra Semaput" kepada ongge dan kawan – kawanya yang berwajah imut kayak semut tapi sering ke jedut!. Klop deh pokoknya.
Tapi jangan salah, walaupun dengan titel serba UT di atas, kehadiran orchestra semaput sangat din anti – nantikan penduduk desa rimbut terutama oleh ibu – ibu yang susah bangun pagi.



***



Malam ke dua belas Ramadhan..
Walaupun jama'ah shalat tarawih di mushola Al – falah semakin sepi, Orchestra Semaput masih tetap semangat membikin ribut. Soalnya, emang nggak ada hubungannya antara jama'ah sholat tarawih yang semakin sepi, dengan musik mereka yang ribut. Seperti biasanya. Setelah mereka bikin ribut, satu persatu rumah penduduk desa Rimbut pun menyala. Pertanda mereka telah bangun dari tidurnya.
" Hei.., coba liat rumah pak Toyek!", seru Sipai sambil menunjuk sebuah rumah yang lampunya belum menyala.
Ongge, Peyak, Kentung dan Umit pun spontan langsung mengarahkan pandanganya kea arah mana tangan Sipai menunjuk. Musik ribut pun berhenti.
" Eh iya, kok tumben ya!. Biasanya kalo kita udah bikin ribut pak Toyek pasti bangun!", kata Kentung menimpali.
" Coba kita lihat!", ajak Ongge. Lalu merekapun mendatangi rumah pak Toyek. Ketika sudah sampai di depan pintu rumah pak Toyek merekapun membuat koor salam.
" Assalamu'alaikum!", ucap mereka serempak. Namun tidak ada sahutan dari dalam rumah. Merekapun mengulanginya beberapa kali, tetap tidak ada jawaban!.
" Wah, kalo kayak gini caranya kita harus memainkan musik super ribut nih, biar pak Toyek bangun!", kata Ongge berapi api.
Oke deh, lanjuuuut..!!!".

Sahur.., sahur..!. Sahur.., sahur..!.
Ibu bangun ayo bangun, cepat masak untuk sahur..
Bapak bangun ayo bangun, bantu ibu masak sahur..
Sayur asem, goreng tempe, pake bacem juga oke..

Kelotek tung teng.., kelotek tung teng
Kelotek tung teng.., kelotek tung teng

Namun setelah berulang ulang mereka bikin musik Super Ribut, lampu rumah pak Toyek tetap tidak menyala. Akhirnya merekapun berhenti karena kelelahan.
" Wah, jangan – jangan terjadi sesuatu nih dengan pak Toyek!", kata Umit menduga – duga.
" Iya, bagaimana kalau kita laporkan hal ini sama pak lurah?", usul Sipai.
" Oke, kita ke sana sekarang!", kata Ongge mantap.
Setelah sampai di rumah pak lurah, merekapun langsung melaporkan hal itu.
" Pak lurah, gawat!", kata Ongge dengan wajah cemas.
" Gawat kenapa ngge?", tanya pak lurah penasaran.
" Begini pak, tadikan kami udah bikin ribut nih keliling kampung. Dan seperti biasanya, kalo kami uda bikin ribut begitu, para penduduk langsung bangun dan lampu – lampu rumah merekapun di nyalain. Tapi tadi kami liat, lampu di rumah pak toyek gak menyala.Terus kami datangin rumahnya, tapi setelah kami ngucapin salam berulang –ulang dengan suara yang keras lampu rumah pak toyek tetap gak nyala!. Nah, terus kami mainkan lagi musik super ribut, tapi lampu rumah pak toyek gak nyala – nyala juga!".
" Iya pak, kami menduga terjadi apa – apa dengan pak toyek. Makanya kami ngelapor sama pak lurah!", kata umit meyakinkan.
" Wah, bapak salut sama kalian semua. Ternyata kalian punya jiwa sosial yang tinggi!"' puji pak lurah. Mendengar pujian itu, ongge, peyak, kentung, sipai dan umitpun hidungya mekar kayak terigu cakra kembar!.
" Tapi kalian tau gak, kenapa lampu di rumah pak toyek gak nyala – nyala?", tanya pak lurah
" Emang kenapa pak?", tanya ongge mewakili rasa penasaran eman – temannya.
" Gini lho ngge. Tadi siang pak toyek tu pamitan sama bapak, katanya dia mau pulang ke rumah orang tuanya. Makannya walaupun kalian udah ngeluarin musik super ribut rumahnya tetap gelap!"
Lho kok???.
" Psss…!!!", kontan terigu cakra kembar yang sudah sempat mekar tadipun kempes lagi.!!!

***

Akhir Ramadhan…
Seperti biasanya, sebelum membuat ribut, para personil orchestra semaput berkumpul di mushola Al – falah. Ongge si pemukul kentong plus ketua orchestra semaput, peyak si penggetok kaleng, kentung si penabuh galon dan sipai si penggebuk wajan sudah berkumpul sejak jam dua tadi. Wajah mereka tampak kesal!. Bagaimana tidak kesal?. Sudah jam dua lewat lima belas menit begini, umit si penokok periuk belum datang – datang juga. Padahal biasanya, jam dua lewat satu menit mereka sudah mulai berkeliling kampung!. Ongge yang di tunjuk sebagai ketua orchestra semaput tampak gelisah, dari tadi dia sibuk mondar - mandir kayak setrikaan. Sementara itu, peyak yang juga gelisah mengatasi kegelisahannya dengan menarik – narik sarungnya yang kedodoran.
" Tung, kemana sih tu anak?. Jam segini kok belum datang – datang juga?", tanya peyak kepada kentung sambil menarik sarungnya yang barusan kedodoran lagi. Kentung yang sedang berusaha keras untuk membuat hidungnya mancung dengan memencet – mencet hidungnya yang pesek pun menjawab.
" Mana ane tempe, tanya aja sama toge, barang kali tahu!".
" Ah.., ente tung. Di Tanya bener – bener jawabnya malah lauk - pauk!", kata peyak kesal.
" Emang uda gak sabar tu si kentung pengen sahur!", celetuk sipai. "Coba ente tanya sama ketua!", kata sipai lagi.
Peyak pun menghampiri ongge yang masih kayak setrikaan!
" Ngge, peyak kemana?. Tu anak kenapa belum nongol – nongol juga?", tanya peyak kepada kongge.
" Ane juga gak tau yak!. Biasanya sih tuh anak gak pernah telat!", jawab ongge tanpa menghentikan aktifitas setrikaannya itu.
" Uda hampir setengah tiga nih!. Ntar kita telat ngebangunin penduduk!", kata kentung mengingatkan.
" Jangan – jangan dia masih molor lagi!", celetuk sipai.
" Bener juga ente pai, jangan – jangan dia emang masih molor!", kata kentung menimpali.
" Wah, kebangetan bener tuh anak!. Kita uda nunggu sampe karatan gini, dia malah enak – enakan molor di rumah!", kata peyak geram.
Ongge yang dari tadi masih mondar – mandir pun menghentikan aktifitas setrikaannya itu. Lalu dia pun berkata,
" Kalian ni pada ngomong apa sih?. Jangan su'udzon gitu sama sodara!. Iget, sekarang ni bulan Ramadhan. Emosi kudu di jaga!".
" Bukannya gitu ngge, kita ni uda nungguin dia dari tadi!. Tapi sampe karatan gini tuh anak belum nongol – nongol juga!", kata peyak mewakili teman – temannya melakukan pembelaan diri.
" Iya, ane ngerti!. Kalian pasti merasa terzholimi dengan keterlambatan dia. Tapi biar bagaimanapun juga, dia tetap sodara kita!. Kita harus tetap berhusnudzon sama dia!", kata ongge mencoba memberi pengertian kepada treman – temannya.
" Terus kita mesti gimana?", Tanya sipai.
" Gimana kalo kita datang ke rumah umit?. Kita buktiin semua yang kalian tuduhkan sama dia tadi!", usul ongge.
" Yup la, ane setuju!", kata kentung semangat.
" Ane juga setuju!", kata sipai mantap.
" Ente gimana yak?", tanya ongge kepada peyak yang dari tadi belum memberikan tanggapan.
" Oke, siapa takut!", jawab peyak yakin.
Setelah semua sepakat, merekapun memutuskan untuk langsung pergi ke rumah umit. Akan tetapi baru saja tujuh langkah melangkah, si umit sudah nongol di depan mereka.
" Assalamu'alaikum!", sapa umit ramah.
" Wa'alaikummus salam!", jawab peyak, kentung dan sipai dengan nada kesal. Kecuali ongge yang menjawab dengan lembut. Maklum deh ketua, mesti bijaksana dalam segala suasana!.
" Sory ya, ane telat!", kata umit dengan senyuman termanisnya.
" Ente sekate – kate!. Orang udah nunggu sampe karatan gini!. Ente dari mana aja sih?", semprot peyak.
" Iya. Sory.., sory.., ane emang salah!", kata umit masih dengan senyuman termanisnya. Walaupun teman – temannya pada cemberut dengan rambut kusut dan jidat berkerut plus omelan yang ceprat – ceprut, si umit tetap kiut dengan senyumannya yang imut. Inilah kelebihan si umit. Kalo soal senyum – senyum, emang dia jagonya!."Gara – gara ini ni!", kata umit lagi sambil menunjukkan periuknya yang gosong.
" Maksud ente apa mit?", tanya ongge penasaran.
" Gini ngge, ane tu telat karna periuk ini di pake sama ibu ane buat masak nasi. Soalnya periuk yang satu lagi bocor karna jatuh di senggol sama si burik. Jadi ane mesti nungguin ibu ane sampe selesai masak. Makannya lama. Kalo gak percaya pegang aja ni periuk, masih anget!", kata umit sambil menyodorkan periuknya. Peyak, kentung dan sipai pun segera memegang periuk itu. Bahkan karena penasaran ongge yang sebenarnya sudah percaya dengan perkataan umit tadi ikut memegang periuk itu.
" Iya, masih anget!", kata kentung membenarkan perkataan umit tadi. Sementara ongge, peyak dan sipai tidak berkomentar apa – apa, mereka hanya menganggukkan kepala.
" Nah, sekarang semuanyakan udah jelas. Ternyata apa yang kalian tuduhkan kepada umit tadi nggak bener. Sekarang cepat minta maaf sama umit!", suruh ongge kepada peyak kentung dan sipai. Peyak mendahului mnyalami tangan umit.
" Maafin ane ya mit, ane uda nuduh yang nggak – nggak!", kata peyak menyesal. Lalu peyakpun merangkul sobat karibnya itu.
" Maafin ane juga ya yak, uda bikin kalian kesel!", kata umit. Kentung dan sipaipun melakukan hal yang sama. Mereka saling bersalaman, mengucap maaf dan berpelukan..!!!. Mirip teletubies!.
" Ya uda, ane harap ini terakhir kalinya kita kayak gini. Lain kali, kita harus selalu ber husnudzon sama saudara kita. Nah sekarang, ayo kita bikin ribut lagi!", kata ongge semangat.
" Ocre bos!", jawab Peyak, Kentung , Sipai dan Umit serentak.

Sahur.., sahur..!. Sahur.., sahur..!.
Ibu bangun ayo bangun, cepat masak untuk sahur..
Bapak bangun ayo bangun, Bantu ibu masak sahur..
Sayur asem, goreng tempe, pake bacem juga oke..

Kelotek tung teng.., kelotek tung teng
Kelotek tung teng.., kelotek tung teng

***

Ramadhan pun pergi..
Malam ini, para personil orchestra semaput berkumpul di mushola Al - falah. Bukan untuk membangunkan orang sahur, akan tetapi untuk merayakan kemenangan atas perjuangan selama di bulan Ramadhan.
" Yaah, ramadhan telah pergi nih. Pensiun dong kita!", kata kentung lesu.
" Iya tung, ane sedih ni!", kata sipai.
" Uda deh jangan sedih gitu, kan masih ada ramadhan besok!", kata ongge mencoba menghibur.
" Itukan kalo kita masih hidup, kalo umur kita cuma sampe besok pagi gimana?",tanya Umit.
" Yaa.., kita berdo'a aja deh!. Supaya Allah ngasih kita umur yang panjang. Biar kita masih bisa bikin ribut lagi!!", jawab Ongge mantap. Lalu merekapun saling berangkulan dan berdoa..

Ya Allah, panjangkanlah umur kami, dan pertemukanlah lagi kami dengan bulan suci – MU, bulan ramadhan.., bulan yang penuh berkah dan ampunan… (Amin.).


***

SELESAI

Minggu, 19 April 2009

Andai aku seperti sirup

(oleh : Bunaya Safitri dari UNJ / nayah_izzati@yahoo.com)





Tak ada yang lebih gusar melebihi makhluk Allah yang bernama gula pasir. Pemanis alami dari olahan tumbuhan tebu ini membandingkan dirinya dengan makhluk sejenisnya yang bernama sirup.

Masalahnya sederhana. Gula pasir merasa kalau selama ini dirinya tidak dihargai manusia. Dimanfaatkan, tapi dilupakan begitu saja. Walau ia sudah mengorbankan diri untuk memaniskan teh panas, tapi manusia tidak menyebut-nyebut dirinya dalam campuran teh dan gula itu. Manusia cuma menyebut, "Ini teh manis." Bukan teh gula. Apalagi teh gula pasir.

Begitu pun ketika gula pasir dicampur dengan kopi panas. Tak ada yang mengatakan campuran itu dengan ?kopi gula pasir?. Melainkan, kopi manis. Hal yang sama ia alami ketika dirinya dicampur berbagai adonan kue dan roti.
Gula pasir merasa kalau dirinya cuma dibutuhkan, tapi kemudian dilupakan. Ia cuma disebut manakala manusia butuh. Setelah itu, tak ada penghargaan sedikit pun. Tak ada yang menghargai pengorbanannya, kesetiaannya, dan perannya yang begitu besar sehingga sesuatu menjadi manis. Berbeda sekali dengan sirup.

Dari segi eksistensi, sirup tidak hilang ketika bercampur. Warnanya masih terlihat. Manusia pun mengatakan, "Ini es sirup." Bukan es manis. Bahkan tidak jarang sebutan diikuti dengan jatidiri yang lebih lengkap, "Es sirup mangga, es sirup lemon, kokopandan," dan seterusnya.
Gula pasir pun akhirnya bilang ke sirup, "Andai aku seperti kamu."

Sosok gula pasir dan sirup merupakan pelajaran tersendiri buat mereka yang giat berbuat banyak untuk umat. Sadar atau tidak, kadang ada keinginan untuk diakui, dihargai, bahkan disebut-sebut namanya sebagai yang paling berjasa. Persis seperti yang disuarakan gula pasir. Kalau saja gula pasir paham bahwa sebuah kebaikan kian bermutu ketika tetap tersembunyi. Kalau saja gula pasir sadar bahwa setinggi apa pun sirup dihargai, toh asalnya juga dari gula pasir.
Kalau saja gula pasir mengerti bahwa sirup terbaik justru yang berasal dari gula pasir asli. Kalau saja para penggiat kebaikan memahami kekeliruan gula pasir, tidak akan ada ungkapan, "Andai aku seperti sirup!"

wallahu?alam?

KUNJUNGI : yosimitsu.blogspot.com
lpiifeunri.socialgo.com